Puasa yang diwajibkan oleh Allah sebagai loyalitas hamba kepada tuhan-Nya,
menyimpan banyak hikmah yang bisa kita jadikan pelajaran. Selain merupakan
ibadah, puasa juga memberi efek positif sosial yang begitu besar. Ada yang
sifatnya ruhiyah maupun jasmaniyah.
Dari segi
kesehatan misalnya, puasa menjadi alternatif pencegahan terhadap penyakit
tertentu. Bahkan kita ketahui orang yang berpuasa lebih kecil resiko terkena
penyakit daripada mereka yang tidak berpuasa. Alat-alat pencernaan manusia
sewaktu-waktu juga butuh istirahat. Maka puasa secara kesehatan menjadi pilihan
terbaik.
Nah, baiklah, selain nilai kesehatan dan ibadah, ada
juga nilai-nilai sosial yang terkandung dalam ibadah puasa ini, diantaranya :
1. Deskripsi lengkap tentang rasa lapar dan haus.
Ketika kita
hidup dalam keadaan rezeki yang berlimpah, ternyata masih ada saudara kita di
belahan bumi lainnya yang hidup sangat memprihatinkan. Keadaan yang membuat
mereka menjadi sangat menderita, ada yang harus mengungsi akibat konflik,
akibat kekeringan yang melanda, sehingga membuat mereka terpuruk dalam
kemiskinan.
Seperti yang
terjadi di Somalia sekarang, setiap 6 jam 1 diantara mereka meninggal dunia.
Sungguh sangat menyedihkan nasib yang mereka alami. Muslim di sana, untuk
makanan berbuka puasa saja, mereka tidak punya.
Dengan berpuasa,
kita tahu bagaimana rasa lapar dan dahaga itu, kita tahu bagaimana kesusahan
hidup yang mereka alami. Tak ada makanan, bagaimana mereka bisa bertahan hidup?
Semoga dengan berpuasa solidaritas dan kepedulian kita terhadap sesama terus
meningkat dan memberikan uluran tangan semampu kita.
2. Indahnya berbagi di bulan yang suci.
Hadirnya
bulan Ramadhan ke tengah-tengah kita merupakan peluang yang begitu besar untuk
bisa berbagi dengan sesama. Sebab kebaikan yang kita lakukan di bulan yang suci
ini, semuanya dilipatgandakan.
Ada banyak hal yang bisa kita lakukan di bulan yang suci ini, selain
beribadah, nilai kepedulian antar sesama terus digembleng di bulan yang suci
ini, dengan harapan nilai-nilai ruhiyah ini dapat terus kita
pertahankan di bulan-bulan lainnya.
Saling
menyediakan panganan berbuka puasa, menjadi hal yang sangat indah tentunya,
bahkan sangat dianjurkan dalam Islam. Selain itu, harta yang kita punya juga
bisa kita dermakan kepada mereka yang kurang mampu, fakir miskin, anak yatim
dan kaum dhuafa.
Di bulan
yang mulia ini, Allah juga memerintahkan kita untuk menunaikan zakat fitrah.
Selain melaksanakan kewajiban, zakat fitrah ini nantinya akan dibagikan kepada
mereka yang berhak menerimanya. Agar mereka juga bisa merasakan kenikmatan dan
karunia tuhan kepadanya. Saling melengkapi dan berbagi, itulah sikap yang harus
ada pada setiap muslim.
3. Silaturrahmi yuuk !
Saya yakin, ada diantara kita yang jarang sekali bertemu dengan tetangga
kampung sebelah sampai kurun waktu setahun. Atau sama tetangga sendiri? wah, ini
yang lebih memprihatinkan.
Kesibukan kerja, kesibukan kuliah, dan kegiatan-kegiatan lainnya tak jarang
membuat kita “lupa” sama tetangga sendiri, pergi pagi dan kembali sore harinya,
malamnya dilanjutkan dengan istirahat karena kelelahan. Esok harinya kejadian
yang sama berulang kembali. Sudah kita sisihkan sedikit waktu kita untuk
bertemu tetangga, eh, ternyata si tetangga yang tak punya
waktu. huff !
Kejadian di
atas adalah sedikit fakta yang kita alami sehari-hari, bahkan saya juga
mengalami hal yang sama, saya akui bahwa selama ini saya memang jarang
bersilaturrahmi, kegiatan saya cuma berkutat pada tugas, kuliah, dan kegiatan
organisasi lainnya. Begitulah berlangsung setiap harinya.
Nah, bagaimana dengan anda?
Di bulan
puasa ini marilah kita menjadikannya sebagai ajang silaturrahmi dan terus
memperkuat ukhuwah kita, banyak hal yang bisa kita lakukan, mulai dari kegiatan
tarawehan, salat malam bersama, tadarus, pengajian ramadhan, pesantren kilat,
buka puasa bersama, dan beriktikaf dan lain sebagainya. Selain bernilai ibadah,
kegiatan-kegiatan di atas juga bernilai positif dalam hubungan silaturrahmi
antara kita.
Saya
sarankan, di akhir Ramadhan, cobalah bergabung dengan panitia penerima zakat,
atau paling tidak ikut membantu mereka, pasti nikmatnya puasa dan kebersamaan
akan sangat terasa.
4. Puasa dan kesalehan berjama’ah.
Apa beda
antara ustad yang tinggal di dalam goa sebuah gunung, dengan ustad yang tinggal
dan berbaur dengan masyarakat? ustad seperti mana yang anda idamkan?
Saya yakin,
anda akan memilih ustaz yang kedua; ustad yang tinggal dan berbaur dengan
masyarakat.
Dalam
analogi dua orang ustad tadi, jelas sekali perbedaan antara keduanya, walaupun
sama-sama ustad. Ustad yang di gunung tidak dianggap istimewa karena manfaat
ilmunya hanya untuk dirinya saja, akan tetapi ustad yang kedua dianggap sangat
istimewa sebab ilmunya bisa dipetik oleh banyak orang. Apalah arti kesalehan
buat dirinya saja, sementara orang-orang sekelilingnya terpuruk dalam maksiat
dan kejahilan?
Seperti itulah barometer untuk sebuah kesalehan, yaitu
kesalehan secara manusiawi dan sosial, bukan kesalehan individu, sebagian kita
menyebutnya dengan istilah kesalehan berjamaah. Dalam kesalehan berjamaah,
sikap saling rangkul dan saling peduli sangat ditekankan di sini. Saling
mengingatkan dirinya dan orang lain untuk selalu meningkatkan kesalehan dan
keimanan kepada Allah.
Dari namanya saja yang berasal dari bahasa arab, kata jama’ah berari
bersama-sama, maka kesalehan berjamaah hanya dapat dipupuk dengan bersama-sama,
bukan sendirian. karenanya ajaklah selalu orang berbuat baik dan cegahlah
mereka daripada berbuat maksiat.
Bulan yang
mulia ini, menjadi moment yang tepat untuk terus meningkatkan kesalehan
berjamaah, saling peduli antar sesama, saling menasehati dalam beragama.
********
Setiap
tahunnya Ramadhan silih berganti, sementara kita menerima “Rapor Ramadhan”
dengan hasil yang berbeda-beda, kita berharap Ramadhan kali ini lebih baik
daripada tahun-tahun sebelumnya, apa yang masih kurang, masi ada bilangan hari
untuk memperbaikinya. Sebelum tamu yang agung ini meninggalkan kita.
Prestasi
amal saleh dan peningkatan ibadah yang berhasil kita lakukan selama ini, semoga
terus bertahan sampai puasa tahun depan. Sikap peduli sesama yang kita dapatkan
selama berpuasa hendaknya bisa kita aplikasikan dalam hidup sehari-hari,
walaupun nantinya Ramadhan meninggalkan kita. Nilai-nilai sosial yang
terkandung, hendaklah menjadi tolak ukur sejauh mana kepedulian dan kesalehan
berjamaah kita selama ini.
Taqabbalallahu minna wa minkum.
Oleh : Tgk.
Furqan Ar-Rasyid
Mahasiswa
Jurusan Hukum dan Undang Undang Universitas Al-Azhar Kairo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar